Cegah Tabrakan Kapal, PPNS membuat AIS untuk kemandirian industri navigasi perkapalan


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) melalui program Matching Fund telah mengembangkan Automatic Identification System (AIS) PPNS sebagai salah satu jawaban dari permasalahan kecelakaan di laut, yang terjadi akibat tabrakan antara kapal besar dan kapal nelayan, serta dukungan terhadap realisasi Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun 2019 tentang pemasangan dan pengaktifan identifikasi otomatis bagi kapal yang berlayar di wilayah perairan Indonesia.


Gambar 1. Perangkat AIS

Kecelakaan yang terjadi pada kapal perikanan masih sering kali terjadi di Indonesia. Dalam databooks kata data, tercatat jumlah kecelakaan pada kapal perikanan yang sempat menurun di 2020, kembali mengalami kenaikan pada tahun 2021 yakni dari 12 kasus kecelakaan menjadi 19 kasus kecelakaan di 2021. Jumlah ini menunjukkan perlu adanya evaluasi yang serius terhadap regulasi yang telah dibuat terkait kapal penangkap ikan, salah satunya penggunaan alat identifikasi kapal yang dapat meningkatkan keamanan dalam operasional keseharian kapal perikanan.

Automatic Identification System (AIS) merupakan sebuah alat navigasi yang wajib dipasang di Kapal ukuran 35 GT dan Kapal Penangkap Ikan 60 GT sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun 2019. AIS merupakan pengembangan perangkat navigasi dalam pengembangan keselamatan pelayaran setelah dikenalkannya sistem radar. AIS bekerja dengan pemancaran radio Very High Frequency (VHF) yang menyampaikan data-data melalui VHF Data Link (VDL) untuk mengirim dan menerima informasi secara otomatis ke kapal lain, stasiun VTS atau SROP. Dengan menerapkan sistem AIS akan dapat membantu pengaturan lalu lintas kapal dan mengurangi bahaya dalam bernavigasi. Perangkat ini berbentuk sebuah kotak yang compact yang dilengkapi dengan monitor layar sentuh dan beberapa port untuk kebutuhan integrasi dengan perangkat navigasi lain, perangkat ini dirancang dengan casing berbahan aluminium sehingga dapat bertahan terhadap berbagai macam cuaca di laut.

Gambar 2. Proses Pemasangan AIS

Perangkat ini telah dikembangkan hingga tahap uji coba, yang mana pengujian dilakukan pada kapal penumpang dan juga kapal nelayan. Pengujian pada kapal penumpang dilakukan selama 22 jam perjalanan dari Surabaya menuju Lombok. Hasil pengujian pada kapal penumpang menunjukkan bahwa alat berjalan dengan baik dan bisa menerima informasi dari kapal kapal di sekitarnya. Pengujian di kapal nelayan dilakukan di Brondong, Lamongan dan di Sedati, Sidoarjo, dimana hasil dari pengujian di dua daerah tersebut menunjukkan bahwa banyak nelayan yang masih merasa asing dengan adanya perangkat Automatic Identification System (AIS).

Berkaca pada minimnya pengetahuan para nelayan dengan AIS, tim peneliti akhirnya mengadakan sosialisasi produk ini ke nelayan. Sosialisasi dilakukan di nelayan Tambakcemandi, Sedati Sidoarjo. Pada saat sosialisasi, para nelayan terlihat sangat antusias dan tertarik pada perangkat AIS, terlebih lagi ketika Suparman yang juga sebagai ketua kelompok nelayan dusun Candisari menceritakan pengalaman tentang bagaimana kapal yang dia gunakan melaut tertabrak oleh kapal tanker. Dikarenakan kapal tanker tersebut tidak dapat melihat keberadaan kapal di bawahnya. Kejadian ini berhasil menyadarkan Suparman dan nelayan yang lain akan pentingnya penggunaan perangkat AIS.


Gambar 3. Proses Diskusi

Dari sisi kebutuhan Industri, Ir. Novirwan S. Said selaku direktur PT. Palka Sarana Utama, mitra PPNS dalam membuat AIS mengatakan kebutuhan akan perangkat ini sangat tinggi.” selama ini menggunakan produk luar (import) untuk pemasangan AIS di kapal kapal, perusahaannya telah lebih dari 20 tahun bergerak dalam navigasi perkapalan, ingin ada produk dalam negeri yang bisa dipakai di kapal kapal lokal kita, sebagai wujud kebanggan dan kemandirian industri navigasi kapal” paparnya pria yang sebagai Pengurus IKA ITS.

Selain berinovasi dengan membuat produk, tim peneliti juga melakukan workshop guna mendapat masukan dari para ahli dibidangnya. Mulai dari bidang navigasi kapal , radio frekuensi, IoT dan big data. “Masukan dari para ahli ini bermanfaat untuk pengembangan ke depan produk ini, dan disesuaikan dengan kebutuhan konsumen agar bisa bersaing dengan produk global dari sisi harga maupun kualitas” tutur Afif Zuhri Arfianto, Ketua pelaksana program ini.